Sabtu, 12 November 2016

Contoh Proposal Skripsi Bab 2 Kajian Pustaka

http://slideplayer.info/11/3118946/big_thumb.jpg


BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teori
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2012: 29), pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan ekonomi yang berlaku dari waktu ke waktu dan menyebabkan pendapatan nasional riil semakin berkembang. Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentasi kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya. Sementara itu, Subandi (2011: 15) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk, atau apakah terjadi perubahan struktur ekonomi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi yang pesat secara terus-menerus memungkinkan negara-negara industri maju memberikan segala sesuatu yang lebih kepada warga negaranya, sumberdaya yang lebih banyak untuk perawatan kesehatan dan pengendalian polusi, pendidikan universal untuk anak-anak, dan pensiun publik.
2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Samuelson (2004: 250), ada empat roda atau faktor yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi, antara lain:

a. Sumberdaya Manusia
Input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan keterampilan angkatan kerja. Para ekonom meyakini bahwa kualitas tenaga kerja yang berupa keterampilan, pengetahuan, dan disiplin angkatan kerja merupakan unsur terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Tanpa adanya tenaga kerja yang terampil dan terlatih, barang-barang modal yang tersedia tidak akan dapat digunakan secara efektif.
Peningkatan tersedianya jumlah tenaga kerja bagi proses produksi itu dapat terlihat baik dari jumlah tenaga kerja dalam arti orang ataupun dalam jumlah hari kerja orang (mandays) maupun jam kerja orang (manhours). Dapat saja terjadi jumlah orang yang bekerja tetap tetapi jumlah hari kerja orang atau jam kerja orangnya bertambah. Untuk itu perlu diketahui bahwa tersedianya jam kerja dalam proses produksi itu dipengaruhi oleh kemauan dan kemampuan untuk bekerja. Teori ekonomi telah menemukan bahwa kemauan seseorang untuk bekerja lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat upah yang tersedia. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat upah, semakin tinggi kemauan seseorang untuk bekerja. Sementara itu, kemampuan bekerja seseorang dipengaruhi oleh kesehatan, kecakapan, keterampilan, dan keahliannya. Lebih jauh lagi, tingkat kecakapan, keterampilan, dan keahlian seseorang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan baik formal maupun non-formal seperti latihan-latihan kerja.
b. Sumberdaya Alam
Yang dapat dikategorikan sebagai sumberdaya alam ini diantaranya tanah yang baik untuk ditanami, minyak dan gas, hutan, air, serta bahan-bahan mineral. Beberapa negara telah mengalami pertumbuhan terutama berdasarkan landasan sumberdaya yang sangat besar dengan output besar dalam bidang pertanian, perikanan, dan kehutanan. Namun, pemilikan sumberdaya alam bukan merupakan keharusan bagi keberhasilan ekonomi dunia modern. Ada pula negara-negara maju yang meraih kemakmuran pada sektor industri. Hal ini dikarenakan adanya pemusatan perhatian pada sektor-sektor yang lebih bergantung pada tenaga kerja dan modal.
c. Pembentukan Modal
Akumulasi modal selalu menghendaki pengorbanan konsumsi pada saat ini selama beberapa tahun. Negara-negara yang tumbuh pesat cenderung berinvestasi sangat besar dalam barang modal baru. Pada negara-negara dengan pertumbuhan paling pesat, 10-20 persen output akan masuk dalam pembentukan modal bersih.
d. Perubahan Teknologi dan Inovasi
Kemajuan teknologi telah menjadi unsur vital keempat dari pertumbuhan standar hidup yang pesat. Dewasa ini, terjadi ledakan-ledakan teknologi baru, khususnya dalam informasi, komputasi,
komunikasi, dan sains kehidupan. Perubahan teknologi menunjukkan perubahan proses produksi atau pengenalan produk dan jasa baru. Pentingnya peningkatan standar hidup membuat para ekonom sejak lama mempertimbangkan cara mendorong kemajuan teknologi. Semakin lama semakin jelas bahwa perubahan teknologi bukan hanya sekedar prosedur mekanis untuk menemukan produk dan proses yang lebih baik. Sebaliknya, inovasi yang cepat memerlukan pemupukan semangat kewirausahaan.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Michael Todaro (2006: 125) mengklasifikasikan teori-teori pertumbuhan ekonomi dalam empat pendekatan, antara lain teori pertumbuhan linier (linier stages of growth), teori pertumbuhan struktural, teori revolusi ketergantungan internasional (dependensia), dan teori neo-klasik.
a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Linier
1) Teori Adam Smith: Teori Pertumbuhan
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap yang berurutan, yaitu dimulai dari masa perburuan, masa beternak, masa bercocok tanam, masa perdagangan, dan yang terakhir masa perindustrian. Dari tahapan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanah memegang peranan yang penting dalam pertumbuhan. Dalam teori ini, Adam Smith memandang pekerja sebagai salah satu input dalam proses
produksi. Pembagian kerja merupakan hal utama dalam upaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Spesialisasi yang dilakukan oleh tiap-tiap pelaku ekonomi dipengaruhi oleh faktor-faktor pendorong, yaitu peningkatan keterampilan kerja dan penemuan mesin-mesin yang dapat menghemat tenaga. Menurut Adam Smith proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan antara satu dengan yang lain. Peningkatan kinerja pada suatu sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi, dan memperluas pasar. Hal-hal tersebut yang nantinya akan mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi semakin pesat.
2) Teori Rostow: Tahap-Tahap Pertumbuhan
W.W. Rostow menyatakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahapan, antara lain masyarakat tradisional, prasyarat lepas landas, tahap lepas landas, tahap gerak menuju kematangan, dan tahap konsumsi masa tinggi. Menurut Rostow, setiap negara berada dalam salah satu dari tahap-tahap tersebut. Tahap-tahap pertumbuhan ini sebenarnya berpangkal pada keadaan-keadaan dinamis dari permintaan, penawaran, dan pola produksinya.
Tahap-tahap pertumbuhan ini tidak dapat dipisahkan dari adanya kekuatan permintaan dikarenakan tahap-tahap
perkembangan yang pesat dalam sektor tertentu tidak hanya tercermin dari segi produksi saja, tetapi juga dari harga dan pendapatan yang tinggi. Sektor-sektor yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi tidak hanya ditentukan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat teknologi dan kemauan para pengusaha untuk berinovasi, tetapi juga oleh kekuataan permintaan dalam hubungannya dengan harga.
b. Teori Pertumbuhan Struktural
1) Teori Pembangunan Arthur Lewis: Dualisme Ekonomi
Teori pertumbuhan struktural ini pada dasarnya membahas proses pembangunan yang terjadi antara daerah perkotaan dan pedesaan. Teori ini juga membahas pola investasi yang terjadi di sektor modern dan termasuk juga sistem penetapan upah yang berlaku di sektor modern. Teori ini pertama kali ditulis oleh Arthur Lewis dengan judul artikel “Pembangunan Ekonomi dengan Penawaran Tenaga Kerja yang Tidak Terbatas”. Pokok permasalahan yang dikaji Lewis adalah adanya asumsi bahwa dalam perekonomian suatu negara pada dasarnya akan terbagi menjadi dua struktur perekonomian yaitu perekonomian tradisional dan perekonomian modern. Teori ini mengatakan bahwa adanya pengangguran tidak kentara di sektor pertanian mengakibatkan sektor industri berada dalam posisi untuk berkembang secara cepat, tergantung hanya pada akumulasi
modal. Laju pertumbuhan tersebut akan lebih cepat dari pertumbuhan penduduk sehingga pada akhirnya semua pengangguran tidak kentara akan terserap ke sektor industri.
2) Teori Harrod-Domar: Akumulasi Modal
Teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Analisis Keynes dianggap kurang lengkap karena tidak membicarakan masalah-masalah ekonomi jangka panjang. Harrod-Domar menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang (Steady Growth).
Teori Harrod-Domar menyebutkan bahwa investasi merupakan kunci dalam pertumbuhan ekonomi. Investasi berpengaruh terhadap permintaan agregat melalui penciptaan pendapatan dan penawaran agregat melalui peningkatan kapasitas produksi. Analisis Harrod-Domar menggunakan asumsi-asumsi berikut: (i) barang modal telah mencapai kapasitas penuh, (ii) tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional, (iii) rasio modal-produksi (capital-output ratio) nilainya tetap, dan (iv) perekonomian terdiri dari dua sektor.
Dalam analisisnya, walaupun pada suatu tahun tertentu barang-barang modal sudah mencapai kapasitas penuh, maka kapasitas barang modal menjadi semakin tinggi pada tahun

berikutnya. misalkan pada tahun ke-0 pengeluaran agregat yaitu AE = C+I. Sementara itu jumlah barang modal pada keseimbangan ini adalah K0. Adanya investasi menyebabkan jumlah barang modal pada tahun ke-1 bertambah sehingga K1 = K0+I. Agar seluruh barang modal digunakan sepenuhnya, pengeluaran agregat pada tahun tersebut harus mencapai AE1=C+I+I. Dengan pengeluaran agregat ini kapasitas penuh akan tercapai kembali. Analisis tersebut menunjukkan bahwa dalam ekonomi dua sektor investasi harus terus mengalami kenaikan agar perekonomian tersebut mengalami pertumbuhan yang berkepanjangan. Pertambahan investasi diperlukan untuk meningkatkan pengeluaran agregat.
c. Teori Dependensia
Teori dependensia berusaha menjelaskan penyebab keterbelakangan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang. Asumsi dasar teori ini adalah pembagian perekonomian dunia menjadi dua golongan, yang pertama adalah perekonomian negara-negara maju dan kedua adalah perekonomian negara-negara sedang berkembang. Pada pendekatan ini, terdapat tiga aliran pemikiran yang utama, yaitu model ketergantungan neokolonial, model paradigma palsu, serta tesis pembangunan-dualistik. Model ketergantungan neokononial menghubungkan keberadaan negara-negara terbelakang terhadap evolusi sejarah hubungan internasional

yang tidak seimbang antara negara-negara kaya dengan negara miskin dalam sistem kapitalis internasional. Sementara itu, model paradigma palsu mencoba menghubungkan antara negara maju dengan negara miskin melalui kebijakan-kebijakan yang sebenarnya akan mendoktrin para pemimpin dan pembuat kebijakan di negara berkembang. Dengan demikian, tanpa disadari mereka akan menelan konsep asing dan model teoritis yang serba maju walaupun sebenarnya tidak cocok untuk diterapkan di wilayahnya sendiri. Lain halnya dengan tesis pembangunan-dualistik yang memandang dunia dalam dua kelompok besar, yaitu negara-negara kaya dan miskin. Pada negara miskin terdapat segelintir penduduk yang kaya di antara penduduk yang miskin.
d. Teori Neo-Klasik
Teori neo-klasik muncul untuk menjawab sanggahan teori dependensia yang cenderung menggunakan pendekatan yang bersifat revolusioner. Para ekonom penganut teori ini mengatakan bahwa semakin besar campur tangan pemerintah dalam perekonomian maka semakin lambat laju pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh suatu negara. Para ekonom tersebut merekomendasikan agar NSB menuju sistem perekonomian yang didasarkan pada pasar bebas. Namun, teori ini hanya tepat diterapkan di negara-negara maju daripada negara sedang berkembang. Perbedaan struktur masyarakat dan kelembagaan yang dimiliki oleh negara maju dan negara sedang
berkembang menyebabkan teori ini gagal dilaksanakan di negara-negara sedang berkembang.
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan:
Y = f (K, L, T)
Y adalah tingkat pertumbuhan ekonomi
K adalah tingkat pertumbuhan modal
L adalah tingkat pertumbuhan penduduk
T adalah tingkat perkembangan teknologi
Sumbangan terpenting dari teori pertumbuhan Neo-Klasik bukanlah dalam menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi tetapi dalam sumbangannya untuk menggunakan teori tersebut untuk mengadakan penyelidikan empiris dalam menentukan peranan sebenarnya dari berbagai faktor produksi dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi.
Menurut teori neo-klasik, rasio modal-tenaga kerja yang rendah pada negara-negara berkembang menjanjikan tingkat pengembalian investasi yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, reformasi pasar bebas akan memicu investasi yang lebih tinggi, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan standar kehidupan. Namun kenyataannya, banyak negara berkembang yang tidak tumbuh atau

hanya tumbuh sedikit dan gagal menarik investasi asing. Perilaku tersebut memicu lahirnya konsep teori pertumbuhan endogen.
e. Teori Pertumbuhan Endogen
Pengembangan teori pertumbuhan endogen berawal dari adanya penolakan terhadap pendapat yang menyatakan bahwa teknologi yang memberi sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi bersifat eksogen. Dalam teori ini, teknologi dapat dipengaruhi sehingga akan bersifat endogen. Teori ini menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut. (1) adanya eksternalitas dalam perekonomian, dan (2) imperfect market dalam produksi intermediate input.
Menurut teori pertumbuhan endogen, sumber-sumber pertumbuhan disebabkan adanya peningkatan akumulasi modal dalam arti yang luas. Modal dalam teori ini tidak hanya modal fisik tetapi juga yang bersifat non-fisik berupa ilmu pengetahuan dan teknologi.
Adanya penemuan baru berawal dari proses learning by doing. Proses ini dapat memunculkan penemuan-penemuan baru yang meningkatkan efisiensi produksi sehingga akan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, kualitas sumberdaya manusia merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
4. Teori Human Capital
Human capital adalah suatu istilah yang sering digunakan para ekonom untuk pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia yang dapat
meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan. Setelah investasi awal dilakukan, maka akan dihasilkan suatu aliran pendapatan masa depan dari perbaikan pendidikan dan kesehatan. Sebagai akibatnya, suatu tingkat pengembalian (rate of return) dapat diperoleh dan dibandingkan dengan pengembalian dari investasi yang lain.
Terdapat dua pendekatan penting dalam teori human capital, yaitu pendekatan Nelson-Phelp dan pendekatan Lucas. Pendekatan Nelson-Phelp, Agion, dan Howitt menyimpulkan bahwa human capital merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Munculnya perbedaan dalam tingkat pertumbuhan di berbagai negara lebih disebabkan oleh perbedaan dalam stock human capital. Adanya peningkatan stock human capital akan meningkatkan pendapatan suatu negara melalui produktivitas tenaga kerja yang terampil dan berpengetahuan akibat pendidikan yang diperoleh.
5. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh pertambahan yang sebenarnya atas barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian. Dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara perlu dihitung pendapatan nasional riil, yaitu Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto.
a. Produk Domestik Bruto
Bagi negara-negara berkembang, konsep Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) merupakan suatu
konsep yang paling penting jika dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional lainnya. Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.
Dalam suatu perekonomian, barang dan jasa yang diproduksi bukan hanya dihasilkan oleh perusahaan milik warga negara tersebut melainkan juga perusahaan miliki warga negara lain. Pada umumnya, hasil produksi nasional juga berasal dari faktor-faktor produksi luar negeri. Output yang dihasilkan merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara. Oleh sebab itu, nilai produksi yang disumbangkan perlu dihitung dalam pendapatan nasional.
b. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan penduduk. Hal ini disebabkan perhitungan PDRB yang lebih menyempit dari perhitungan PDB. PDRB hanya mengukur pertumbuhan perekonomian di lingkup wilayah, pada umumnya wilayah provinsi atau kabupaten.
6. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Hampir semua ahli ekonomi menekankan arti penting investasi sebagai penentu utama pada pertumbuhan ekonomi. Investasi atau permodalan merupakan persediaan faktor produksi yang secara fisik
dapat dihasilkan maupun direproduksi. Jika persediaan modal tersebut meningkat dalam jangka waktu tertentu maka dapat dikatakan bahwa terjadi pembentukan modal pada waktu tersebut. Akumulasi modal inilah yang serba kekurangan di negara-negara berkembang, sedangkan modal ini memegang peranan penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi.
Menurut Nurkse dalam Jhingan (2010: 338), lingkaran setan kemiskinan di negara terbelakang dapat digunting melalui pembentukan modal. Sebagai akibat rendahnya tingkat pendapatan di negara terbelakang maka permintaan, produksi, dan investasi menjadi berada pada tingkatan yang rendah. Hal ini menyebabkan kekurangan barang modal yang dapat diatasi melalui pembentukan modal.
Investasi dalam peralatan modal tidak saja meningkatkan produksi tetapi juga kesempatan kerja. Dengan terbukanya kesempatan kerja yang lebih luas, maka tingkat pendapatan masyarakat bertambah dan berbagai macam kebutuhan rakyat terpenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenaikan laju investasi akan meningkatkan pendapatan nasional. Oleh sebab itu investasi merupakan jalan keluar utama dari masalah yang dihadapi negara terbelakang dan merupakan kunci utama menuju pertumbuhan ekonomi.
7. Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbanyak jumlah tenaga kerja dan penambahan
tersebut memungkinkan negara untuk menambah produksi. Selain itu, dampak dari adanya pendidikan menyebabkan keterampilan dan keahlian penduduk bertambah. Hal ini akan menyebabkan produktivitas bertambah dan kemudian menyebabkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja.
Menurut Todaro, pertumbuhan penduduk sangat berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja dan merupakan salah satu faktor yang akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Selain faktor produksi, jumlah tenaga kerja yang bekerja juga akan meningkat dari tahun ke tahun sehingga apabila dimanfaatkan dengan maksimal maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
8. Tingkat Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi
Dalam teori human capital, modal manusia merupakan salah satu modal yang dapat disejajarkan dengan modal fisik dan sumberdaya alam dalam menciptakan output di suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai seseorang maka produktivitas orang tersebut akan semakin tinggi pula. Dengan demikian, peningkatan modal manusia sangat strategis dalam meningkatkan perekonomian di suatu wilayah.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Hal ini dikarenakan adanya perhitungan rate of return dari bentuk investasi terhadap sumberdaya manusia yang dihasilkan. Jika rate of return yang dihasilkan baik, maka investasi
sumberdaya manusia yang dilakukan tergolong bermanfaat dan menghasilkan sumberdaya yang berkualitas.
Dalam mengukur kualitas sumberdaya manusia ada beberapa indikator yang dapat digunakan, salah satunya dengan melihat RLS (Rata-rata Usia Lama Sekolah). RLS merupakan angka rata-rata tahun yang dihabiskan penduduk produktif untuk menempuh pendidikan formal. Sesuai dengan standar UNDP, batas minimum untuk RLS suatu daerah adalah 15 tahun atau setara dengan jenjang diploma dan/atau universitas. Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan kualitas sumberdaya manusia di wilayah-wilayah DIY agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi A.

B. Penelitian yang Relevan
1. Muhammad Hidayat, Lapeti Sari, dan Nobel Aqualdo (2011) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel PMDN, ekspor, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru. Analisis data menggunakan data sekunder runtun waktu (time series) dari tahun 1995 sampai 2009 serta analisis linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ekspor dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel infrastruktur berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, variabel PMDN berpengaruh negatif dan tidak signifikan.
2. Yunita Mahrany (2012) telah melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Indikator Komposit Indeks Pembangunan Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa data time series. Data tersebut diolah menggunakan aplikasi software SPSS 16.0 dengan metode analisis berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik secara simultan maupun parsial variabel angka harapan hidup, konsumsi perkapita, dan angka melek huruf berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Sementara itu, variabel rata-rata lama sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan.
3. Yuhendri (2013) telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Kualitas Pendidikan, Kesehatan, dan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan asosiatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari tahun 1981 sampai 2010. Data diolah dengan menggunakan aplikasi software pengolahan data Eviews versi 5.1. sedangkan metode yang digunakan untuk menaksir parameter adalah analisis persamaan regresi dengan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) dan pengujian hipotesis menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendidikan dan investasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat. Sementara itu, variabel kesehatan berpengaruh signifikan tetapi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat.
4. Eko Wicaksono Pambudi (2013) menganalisis pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi dengan studi kasus di wilayah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Model yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada teori pertumbuhan neo-klasik yang dikemukakan oleh Solow, yaitu faktor modal dan tenaga kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel dengan jumlah observasi sebanyak 175 observasi. Data yang digunakan adalah kombinasi antara data cross section sejumlah 35 kabupaten/kota dan data time series selama 5 tahun (2006-2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel investasi dan angkatan kerja yang bekerja menunjukkan hasil positif dan signifikan dalam memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Variabel human capital investment dalam pendidikan menunjukkan hasil positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, variabel aglomerasi menunjukkan hasil negatif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

C. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, kerangka pemikiran yang tersusun adalah bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu investasi, tenaga kerja, dan tingkat pendidikan. Variabel tersebut termasuk variabel independen dan bersama-sama dengan pertumbuhan ekonomi
sebagai variabel dependen akan diukur dengan alat analisis regresi untuk memperoleh tingkat signifikansinya.
Investasi memiliki hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan investasi merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dalam teori Harrod-Domar dijelaskan bahwa adanya investasi merupakan kunci utama dalam pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dalam setiap periodenya dibutuhkan adanya tambahan investasi sebagai stok modal. Dalam penelitian ini, variabel investasi diwakili oleh data nilai PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan nilai PMA (Penanaman Modal Asing) di Provinsi A.
Jumlah tenaga kerja yang semakin banyak akan menyebabkan pertambahan jumlah produksi. Untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, diperlukan pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal pada umumnya didapat melalui jenjang pendidikan resmi, yaitu sekolah dan perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kualitas tenaga kerja seseorang tersebut akan semakin baik. Tingginya pendidikan yang dimiliki seseorang akan menyebabkan produktivitas bertambah dan kemudian menyebabkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja. Dalam penelitian ini, variabel tenaga kerja akan diwakili oleh data angkatan kerja lulusan diploma/universitas yang terdapat di Provinsi A.
Tingkat pendidikan penduduk akan memacu pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh maka pengetahuan dan keterampilan yang didapat akan semakin banyak. Dengan pengetahuan yang semakin banyak maka kualitas sumberdaya yang dihasilkan akan semakin baik.

Gambar 1.

Skema

Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Variabel yang Memengaruhinya

 Ket:
1. Garis utuh adalah pengaruh parsial (satu-satu) variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y.
2. Garis putus adalah pengaruh simultan (keseluruhan) variabel X1, X2 dan X3 terhadap Y.

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan dan pertimbangan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Daerah A.
2. Tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Daerah A.
3. Tingkat pendidikan penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
    di Daerah A.
4. Investasi, Tenaga kerja dan Tingkat pendidikan penduduk berpengaruh positif dan signifikan
    terhadap pertumbuhan ekonomi di Daerah A.

0 komentar:

Posting Komentar